Melde dich an, um fortzufahren.
Tahong (2024) – Nonton Tahong (2024), Streaming Tahong (2024) Sub Indo, Download Tahong (2024), LK21, Rebahin, Layarkaca21, IDLIX, CGVINDO, IndoXXI, Cinema21, Dutafilm, Dunia21.
Posted on:September 28, 2024September 28, 2024
ADA banyak jalan menuju Hollywood. Bila Anda kangen kepada artis-artis Hollywood, menonton film di bioskop atau menyewa cakram padat (CD) kini bukan satu-satunya jalan. Ada alternatif baru. Klik saja kios digital di
. Di sini, satu judul film berukuran 211
''disewakan" dengan ongkos US$ 2,95 (sekitar Rp 25 ribu) per hari.
Memang, biaya itu hampir sama dengan harga satu tiket pertunjukan di bioskop Planet Hollywood, Jakarta. Namun, menonton film melalui internet bisa dilakukan kapan saja. Siang jadi, larut malam pun tak jadi soal. Kios buka 24 jam nonstop. Bagaimana dengan pilihan judul filmnya? Jangan khawatir. Sebentar lagi Anda bahkan bisa memilih film-film Hollywood terbaru yang mungkin belum diputar di sini.
Studio-studio besar Hollywood dan para pembuat film independen mulai melirik internet sebagaibukan lagi sekadar sinepleks, melainkangigapleks, bioskop raksasa yang bisa ditonton jutaan orang sekaligus. Warner Bros (http://WarnerBros.com), misalnya, bulan depan meluncurkan The Peeper.
Metafilmics, produser film What Dreams May Come yang dibintangi Robin Williams dan berhasil meraup pendapatan US$ 100 juta pada 1998, sudah siap-siap memproduksi film The Quantum Project yang juga dapat ditonton di http://SightSound.com. Quantum bakal menjadi film cerita beranggaran terbesar pertama yang begitu selesai diproduksi langsung diedarkan lewat internet.
Mark Cuban, pendiri Broadcast.com, yang baru saja menandatangani perjanjian dengan studio mini Trimark untuk memproduksi film khusus internet, bahkan mengaku sudah mengoleksi 13 ribu film cerita, televisi, dan dokumenter di lemari perpustakaannya. Ia bermaksud menyewakan seluruh koleksi tersebut lewat cyberspace. ''Tiga atau lima tahun mendatang, kami akan menjadi ancaman bisnis penyewaan film," ujarnya kepada Time.
Internet menggeser bioskop? Ashok Kumar, analis dari biro riset Jupiter Research, tak terlalu yakin. ''Masih terlalu dini untuk meramalkan internet akan menggantikan posisi bioskop," katanya seperti dikutip situs warta digital CNET. Kumar boleh jadi benar. Teknologi web show dan web cast, pertunjukan atau siaran langsung lewat internet, sebetulnya memang bukan sesuatu yang baru-baru amat. Situs-situs milik jaringan televisi semacam CNN atau ABCNews rutin menayangkan pertunjukan langsung lewat jaringan maya. Tapi, kalau web movie atau tayangan film melalui internet, itu jelas baru, apalagi jika menyangkut buatan studio besar di pusat film dunia, Hollywood.
Hanya, sampai saat ini semua pertunjukan tadi terbentur pada kendala terbatasnya kemampuan jaringan melayani akses (downloading) dokumen ukuran besar. Akibatnya, peselancar tidak memperoleh tayangan yang memadai. Calon pemirsa pun mesti menyediakan modal berupa perangkat komputer yang memadai. Komputer yang digunakan setidaknya memiliki program seperti RealPlayer atau Windows Media Player, prosesor mutakhir (minimal Pentium III), satu set perangkat audio, dan juga modem berkecepatan tinggi (paling baik 56 K).
Walau demikian, seperti kata Kumar, gagasan menonton film lewat internet memang tidak jelek, apalagi produksi film masa kini sudah jauh sangat maju karena dukungan teknologi. Berkat adanya kamera video digital, komputer personal canggih, dan peranti lunak untuk penyuntingan gambar, biaya produksi sebuah film menjadi jauh lebih rendah. Kepada majalah Time, produser Metafilmics, Barnet Bain, misalnya, memperkirakan film produksinya hanya akan menelan ongkos US$ 3 juta. Angka ini jelas jauh di bawah biaya produksi rata-rata satu film Hollywood, yang mencapai US$ 50 juta.
Kelak internet, secara teoretis, mungkin saja menjelma menjadi semacam distributor, jaringan yang mengedarkan film ke semua penonton di seluruh dunia. Jadi, alih-alih mengedarkan sendiri, produsen film tinggal menempatkan hasil karyanya di server hingga dapat diakses dan ditonton oleh semua peselancar jaringan cyber. Otomatis pengeluaran anggaran, yang seharusnya untuk distribusi, bisa ditekan. Produser juga tak perlu lagi menjalin kerja sama dengan bioskop setempat agar film produksinya dapat diputar. Mereka dapat membuat dan mengedarkan film sendiri.
Garin Nugroho, Eros Djarot, dan sineas Indonesia lainnya mungkin boleh mencoba gagasan ini, sehingga tak perlu terlalu berharap pada jaringan bioskop Studio 21 yang monopolistis dan katanya alergi memutar film lokal itu.